Minyak Menguat di Tengah Ketidakpastian Prospek Gencatan Senjata Israel-Hamas
Tuesday, May 07, 2024       04:01 WIB

Ipotnews - Harga minyak berakhir lebih tinggi, Senin, setelah berayun liar di tengah ketidakpastian mengenai prospek perang Gaza, karena Israel dilaporkan tidak bersedia menyetujui perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir dan Qatar, dan bisa diterima oleh Hamas.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup menguat 0,5% atau 37 sen menjadi USD83,33 per barel, demikian laporan  Reuters,  di Houston, Senin (6/5) atau Selasa (7/5) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, juga bertambah 37 sen atau 0,5% menjadi USD78,48 per barel, setelah jatuh ke bawah USD78.
Pekan lalu, kedua kontrak tersebut mencatat penurunan mingguan tertajam dalam tiga bulan, dengan Brent anjlok lebih dari 7% dan WTI merosot 6,8%, karena investor mempertimbangkan lemahnya data ketenagakerjaan Amerika dan kemungkinan waktu penurunan suku bunga Federal Reserve.
Sepanjang perdagangan Senin, Brent melesat dan kemudian mundur di tengah prospek gencatan senjata, dengan level tertingginya USD83,83 dan terendah di USD82,77.
"(Kemungkinan kesepakatan) melemahkan pasar minyak," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates. "Perjanjian gencatan senjata apa pun akan mengurangi ketegangan di Timur Tengah."
Seorang pejabat Israel mengatakan usulan gencatan senjata dari Mesir yang diterima Hamas memiliki beberapa aspek yang tidak dapat diterima.
Hamas menuntut diakhirinya perang dengan imbalan pembebasan sandera dan Israel tampaknya siap melancarkan serangan yang sudah lama direncanakan di Jalur Gaza selatan.
"Pasar sedikit lesu terhadap risiko geopolitik akibat perang," kata John Kilduff, mitra Again Capital. "Saya pikir kita harus melihat lebih banyak aktivitas kinetik untuk menggerakkan pasar."
Juga mendukung harga minyak adalah langkah Arab Saudi yang menaikkan harga jual resmi minyak mentahnya untuk pasar Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada Juni, yang menandakan ekspektasi kuatnya permintaan pada musim panas ini.
Lipow memperkirakan Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya ( OPEC +) akan mengumumkan pada pertemuan Juni rencana untuk melanjutkan pengurangan produksi pada kuartal ketiga.
Di China--importir minyak mentah terbesar di dunia--aktivitas jasa tetap berada di wilayah ekspansif selama 16 bulan berturut-turut, sementara pertumbuhan pesanan baru meningkat dan sentimen bisnis tumbuh dengan kuat, sehingga mendorong harapan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. (Investing/ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM